Rabu, 17 Desember 2008

AL-Quran dan AL-Sunnah

AL-QURAN DAN AL-SUNNAH SEBAGAI SUMBER AQIDAH
  • Rasulullah s.a.w. telah diutus Allah pada zaman pupusnya tanda-tanda keimanan kepada Allah Tabaaraka Wata'ala
  • Bangsa Arab mempercayai kewujudan Allah, dan Dialah Tuhan Pencipta Alam Buana dan yang menurunkan hujan, tetapi pada pandangan mereka, tuhan ini tidak berkuasa menghidupkan mereka selepas mereka mati. Tujuannya mencipta manusia semata-mata supaya mereka menghayati dunia yang diadakan untuk mereka ini.
    Bagi mereka di sana tiada kiamat dan tiada hisab. Kemudian bagi mereka, Allah itu seperti raja-raja di muka bumi yang memerlukan wasilah seperti malaikat dan golongan solihin yang disayangiNya untuk mendapatkan rezeki dan hujan serta pertolongan bagi menumpaskan musuh-musuh.
  • Di kalangan kaum Nasrani hanya segelintir sahaja yang mengetahui agama yang sebenar. Majoritinya mempercayai Nabi Isa a.s itulah tuhan atau anak Allah, menjadikan paderi-paderi dan pendeta-pendeta sebagai tuhan serta mematuhi dan melaksanakan apa sahaja yang diluahkannya walaupun bertentangan dengan isi kandungan kitab Injil mereka. Mereka telah menjadikan golongan yang soleh di kalangan mereka sebagai sasaran pendewaan dan pemujaan.
  • Kaum Yahudi pula bersikap keterlaluan apabila menyerupakan Allah dengan makhlukNya. Mereka menempelkan kepadaNya segala jenis keburukan dan kecacatan yang terdapat di kalangan makhluk manusia seperti berbohong, bakhil, lalai dan jahil tentang apa yang akan berlaku.
  • Di negeri Parsi dan benua India pula terdapat amat banyak falsafah yang setiap satunya menggambarkan tuhan yang mereka sembah dengan gambaran yang disenangi oleh akal orang yang menggambarkannya. Ada falsafah yang mengatakan alam ini mempunyai dua tuhan, satu tuhan untuk cahaya (kebaikan) dan satu tuhan untuk kegelapan (kejahatan). Ia mendakwa kedua-dua tuhan tersebut sentiasa bertarung. Ia menyerupai manusia supaya menyokong tuhan cahaya dan kebaikan dengan menyalakan api agar yang benar mengalahkan yang batil. Ada falsafah yang menganjurkan kepercayaan kepada tuhan pencipta-pencipta alam buana, dan mengajak manusia bermujahadah dengan berbagai-bagai cara sehingga fana' dan bergabung dengan tuhan itu agar rohnya tidak kembali semula ke alam buana ini selepas mati kelak! Ada pula falsafah yang menganjurkan kepercayaan kepada kewujudan kulli bagi zat yang tunggal, yang berbilang-bilang kewujudannya dengan berbilang-bilang sifatnya. Para penyair dan sasterawan Parsi amat terpesona dengan zat tunggal yang ternampak kepada mereka ada pada segala sesuatu dan pada segala yang wujud.
  • Di Negeri Greek lahir berbagai falsafah yang sebahagian besarnya menganjurkan kepercayaan kepada khaliq alam buana yang mereka namakan wajib untuk kewujudan atau sebab segala sebab, dan darinya lahir dan terbitnya alam. Tetapi falsafah ini berada di tengah-tengah kebingungan dan tidak mampu menentukan matlamat dan tujuan alam buana ini dicipta, dan titik akhir yang dituju manusia

  • Baca Selengkapnya ya...

    Minggu, 14 Desember 2008

    Profil VEDCA Cianjur

    Vocational Education Development Center For Agriculture (VEDCA) merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependididkan, Departemen Pendidikan Nasional yang pendiriannya mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : 08 tahun 2007 tentang organisasi dan tata kerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, secara resmi mulai beroperasi pada tanggal 13 Februari 2007. VEDCA memiliki tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan di bidang pertanian dan mempunyai fungsi, yakni :

    a. Penyusunan program pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan
    b. Pengelolaan data dan informasi peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
    c. Fasilitasi dan pelaksanaan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
    d. Evaluasi program dan fasilitasi peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
    e. Pelaksanaan urusan administrasi PPPPTK

    Visi:
    Meraih kualitas hidup yang lebih baik dan menjemput kemakmuran bumi, melalui pembentukan insan profesional

    Misi:
    1. Menyelenggarakan layanan fasilitasi terstandar
    2. Melakukan pengkajian, pengembangan dan pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam perannya sebagai fungsi think tank
    3. Melakukan penjaminan mutu fasilitasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
    4. Memberdayakan asosiasi Pendidik dan Tenaga Kependiidkan, dan pusat pembelajaran masyarakat
    5. Memfasilitasi pemenuhan kualifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

    "VEDCA" - VERSATILE, DEDICATED, AND CARE" adalah semboyan kami dalam mengembangkan sistem agribisnis melalui pemberdayaan SDM dan produksi hasil-hasil pertanian. Kebijakan Mutu kami adalah:VISIONARY INOVATION,
    EXCELLENT SERVICE,
    DYNAMIC METHODOLOGY,
    CREATIVE TRAINING and CONSULTANCY,

    ACTIVE IN AGRICULTURE PRODUCT, AGROINDUSTRY PRODUCTION, AND ORGANIC FARMING

    Saat ini, VEDCA merupakan lembaga di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional yang bertanggung jawab secara teknis dalam pengembangan dan pemberdayaan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Lingkup layanan dan produk yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatannya, terutama meliputi hal-hal yang berkaitan dengan fasilitasi pendidikan kejuruan, layanan jasa konsultansi serta produk-produk yang berhubungan dengan aspek teknis pada sub-sektor pertanian tanaman hortikultura, pangan, perkebunan dan kehutanan, perbenihan tanaman, sub-sektor peternakan, sub-sektor perikanan dan kelautan, sub-sektor pengolahan hasil pertanian, alat mesin pertanian, pertanian organik dan aspek-aspek ekonomi dalam agribisnis.

    Beberapa aktivitas yang telah dilaksanakan antara lain berupa:
    a. pengembangan kurikulum bagi sekolah kejuruan pertanian;
    b. pengembangan bahan ajar/bahan latihan yang diperlukan dalam pendidikan dan latihan
    kejuruan pertanian;
    c. pengembangan program dan asistensi peningkatan mutu sekolah kejuruan pertanian;
    d. pelatihan manajerial bagi para pengelola sekolah menengah kejuruan;
    e. pelatihan kependidikan dan kejuruan bagi para pengelola dan pelaksana sekolah menengah
    kejuruan pertanian;
    f. pendidikan dan pelatihan agribisnis bagi masyarakat umum dan departemen lainnya diluar
    Departemen Pendidikan Nasional;
    g. produksi berbagai hasil pertanian (tanaman, ternak, ikan) dan hasil olahnya;
    h. pengembangan/inovasi teknologi kependidikan dan latihan serta hal-hal yang berkaitan
    dengan sektor pertanian; dan
    i. pelaksanaan pendidikan Diploma (DIII-IV) bidang Kultur Jaringan, Teknologi Benih,
    Agribisnis Ruminansia, Budidaya Perairan, Perikanan Tangkap, Pengawasan Mutu
    Agroindustri, Rancang Bangun Alat Mesin Pertanian, Teknologi Herbal, Manajemen Kelapa
    sawit, Manajemen Logistik, Teknologi Pabrikasi Kelapa Sawit, Manajemen Ulat Sutra.

    Mengingat bahwa pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dan latihan kejuruan pertanian tidak dapat lepas dari keterkaitannya dengan dunia kerja sektor pertanian, maka VEDCA tidak hanya melayani dan berhubungan/bekerja sama dengan lembaga pelaksana pendidikan menengah kejuruan pertanian, namun juga melayani dan berhubungan/bekerja sama dengan masyarakat umum (industri, pengusaha, petani, dan peminat bidang pertanian) secara langsung.
    Baca Selengkapnya ya...

    Kamis, 11 Desember 2008

    Dimensi pengukuran bangunan kapal

    Dimensi pengukuran :



    Ukuran – ukuran pokok kapal terdiri dari :



    a.Ukuran membujur/ memanjang (longitudinal)

    b.Ukuran melintang/ melebar (transverzal)



    Definisi – definisi :

    Panjang (length):Jarak membujur sebuah kapal dalam meter pada sarat muat musim panas yang dihitung dari bagian depan linggi haluan sampai sisi belakang poros kemudi atau tengah – tengah cagak kemudi pada kapal yang tidak memiliki poros kemudi. Panjang ini tidak kurang dari 96 % dan tak lebih dari 76 % panjang pada sarat musim panas maksimum dan merupakan panjang yang ditentukan oleh biro klasifikasi di mana kapal tersebut dikeluarkan.



    Lebar (breadth): Lebar kulit kapal bagian dalam terbesar yang diukur dari bagian sebelah dalam kulit kapal. Lebar ini juga merupakan lebar menurut ketentuan biro klasifikasi di mana kapal tersebut dikelaskan.



    Dalam (depth): Jarak tegak yang dinyatakan dalam meter pada pertengahan panjang kapal diukur dari bagian atas lunas sampai bagian atas balok geladak dari geladak jalan terus teratas.



    Tengah – tengah kapal (admidships) : pertengahan panjang yang diukur dari bagian depan linggi haluan.



    a.Ukuran membujur/ memanjang (longitudinal)
    1. Panjang seluruhnya (length over all = LOA) : panjang seluruhnya ialah jarak membujur sebuah kapal dari titik terdepan linggi haluan kapal sampai ke titik terbelakang dari buritan kapal. Diukur sejajar lunas jarak ini merupakan jarak terpanjang dari sebuah kapal yang gunanya sangat penting untuk memperkirakan panjang dermaga.
    2. Panjang sepanjang garis tegak (length between perpendiculars) : panjang kapal dihitung dari garis tegak depan sampai ke garis tegak belakang.
    3. Garis tegak depan (forward perpendicular) ialah sebuah garis khayalan yang memotong tegak lurus garis muat perancang kapal dengan linggi haluan.
    4. Garis tegak belakang (after perpendicular) ialah sebuah garis khayalan yang biasanya terletak pada tengah – tengah cagak kemudi atau bagian belakang dari poros kemudi. Panjang sepanjang garis tegak diukur sejajar lunas dan merupakan panjang lambung bebas (freeboard length).>
    5. Panjang sepanjang garis air (length on the load water line = LOWL) : panjang sebuah kapal diukur dari perpotongan garis air dengan linggi haluan sampai ke titik potong garis air dengan linggi belakang diukur sejajar lunas.
    6. Panjang terdaftar (registered length) : panjang seperti yang tertera di dalam sertifikat kapal itu, yaitu dihitung dari ujung terdepan geladak jalan terus teratas sampai garis tegak belakang diukur sejajar lunas.


    1. Gambar Ukuran membujur/ memanjang (longitudinal)


    b. Ukuran melintang/ melebar (transverzal)

    1. Lebar terbesar atau ekstrim (extreme breasth) : jarak melintang dari suatu titik terjauh di sebelah kiri sampai ke titik terjauh di sebelah kanan badan kapal diukur pada lebar terbesar dan sejajar lunas. Dalam hal ini kulit dihitung. Lebar ekstrim merupakan lebar kapal terbesar dan terdaftar (Registered breadth).
    2. Lebar dalam (moulded breadth) : lebar kapal dihitung dari sebelah dalam kulit kapal lambung yang satu sampai ke sebelah dalam lambung lainnya, diukur pada lebar kapal terbesar dan sejajar lunas. Dapat juga lebar dari bagian luar gading – gading lambung yang satu sampai kebagian luar gading – gading lambung lainnya, diukur pada lebar kapal yang terbesar dan sejajar lunas. Lebar dalam merupakan lebar menurut biro klasifikasi di mana kapal tersebut dikelaskan. Lebar dalam juga disebut rancangan dimana tebal kulit kapal tidak dihitung.
    3. >Lebar terdaftar (registered breadth) : lebar seperti yang tertera didalam sertifikat kapal itu. Panjangnya sama dengan lebar dalam (moulded breadth).
    4. Lebar tonase (tonnage breadth) : lebar sebuah kapal dari bagian dalam wilah keringat lambung yang satu sampai ke bagian dalam wilah keringat lambung lainnya, diukur pada lebar terbesar dan sejajar lunas.



    c.Ukuran tegak (vertical)

    1. Sarat kapal : jarak tegak yang diukur dari titik terendah badan kapal sampai garis air. Jraka ini sering di istilahkan dengan sarat moulded.
    2. Lambung bebas (free board) : jarak tegak dari garis air sampai geladak lambung bebas atau garis dek (free board deck or deck line)
    3. Dalam (depth) : jarak yang diukur dari titik terendahbadan kapal sampai ke titik di geladak lambung bebas tersebut. Dengan kata lain dalam merupakan jumlah sarat kapal dan lambung bebas. Jarak inipun merupakan dalam menurut biro klasifikasi di mana kapal tersebut dikelaskan.
    4. Dalam tonase : dalam yang dihitung mulai dari alas dasar dalam sampai geladak lambung bebas.
    5. Sarat kapal, lambung bebas dan dalam : diukur pada tengah – tengah kapal.



    Gambar Ukuran membujur/ memanjang (longitudinal)

    Baca Selengkapnya ya...

    Kamis, 04 Desember 2008

    Bubu

    BUBU

    A. Pendahuluan
    Bubu adalah alat tangkap yang umum dikenal dikalangan nelayan, yang berupa jebakan, dan bersifat pasif. Bubu sering juga disebut perangkap “ traps “ dan penghadang “ guiding barriers “.
    Dalam operasionalnya, bubu terdiri dari tiga jenis, yaitu :
    Bubu Dasar (Ground Fish Pots).: Bubu yang daerah operasionalnya berada di dasar perairan.
    Bubu Apung (Floating Fish Pots): Bubu yang dalam operasional penangkapannya diapungkan.
    Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots) : Bubu yang dalam operasional penangkapannya dihanyutkan.
    Disamping ketiga bubu yang disebutkan di atas, terdapat beberapa jenis bubu yang lain seperti :
    1. Bubu Jermal : Termasuk jermal besar yang merupakan perangkap pasang surut (tidal trap).
    2. Bubu Ambai.: Disebut juga ambai benar, bubu tiang, termasuk pasang surut ukuran kecil.
    3. Bubu Apolo.:Hampir sama de

    B. Konstruksi Bubu
    Bentuk bubu bervariasi. Ada yang seperti sangkar (cages), silinder (cylindrical),gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran, dll. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu (bamboo`s splitting or-screen).
    Secara umum, bubu terdiri dari bagian-bagian badan (body), mulut (funnel) atau ijeh, pintu.
    Badan (body): Berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung.
    Mulut (funnel): Berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tidak dapat keluar.
    Pintu: Bagian tempat pengambilan hasil tangkapan.
    B.1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)

    Untuk bubu dasar, ukuran bubu dasar bervariasi, menurut besar kecilnya yang dibuat menurut kebutuhan. Untuk bubu kecil, umumnya berukuran panjang 1m, lebar 50-75 cm, tinggi 25-30 cm. untuk bubu besar dapat mencapai ukuran panjang 3,5 m, lebar 2 m, tinggi 75-100 cm.
    B.2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
    Tipe bubu apung berbeda dengan bubu dasar. Bentuk bubu apung ini bisa silindris, bisa juga menyerupai kurung-kurung atau kantong yang disebut sero gantung. Bubu apung dilengkapi dengan pelampung dari bambu atau rakit bambu yang penggunaannya ada yang diletakkan tepat di bagian atasnya.
    B.3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
    Bubu hanyut atau “ pakaja “ termasuk bubu ukuran kecil, berbentuk silindris, panjang 0,75 m, diameter 0,4-0,5 m.
    B.4. Bubu Jermal
    Ukuran bubu jermal, panjang 10 m, diameter mulut 6 m, besar mata pada bagian badan 3 cm dan kantong 2 cm.
    B.5. Bubu Ambai
    Bubu ambai termasuk perangkap pasang surut berukuran kecil, panjang keseluruhan antara 7-7,5 m. bahan jaring terbuat dari nilon (polyfilament). Jaring ambai terdiri dari empat bagian menurut besar kecilnya mata jaring, yaitu bagian muka, tengah, belakang dan kantung. Mulut jaring ada yang berbentuk bulat, ada juga yang berbentuk empat persegi berukuran 2,6 x 4,7 m. pada kanan-kiri mulut terdapat gelang, terbuat dari rotan maupun besi yang jumlahnya 2-4 buah. Gelang- gelang tersebut dimasukkan dalam banyaknya jaring ambai dan dipasang melintang memotong jurusan arus. Satu deretan ambai terdiri dari 10-22 buah yang merupakan satu unit, bahkan ada yang mencapai 60-100 buah/unit.
    B.6. Bubu Apolo
    Bahan jaring dibuat dari benang nilon halus yang terdiri dari bagian-bagian mulut, badan, kaki dan kantung. Panjang jaring keseluruhan mencapai 11 m. Mulut jaring berbentuk empat persegi dengan lekukan bagian kiri dan kanan. Panjang badan 3,75 m, kaki 7,25 m dan lebar 0,60 m. pada ujubg kaki terdapat mestak yang selanjutnya diikuti oleh adanya dua kantung yang panjangnya 1,60 m dan lebar 0,60 m.

    C. Hasil tangkapan Bubu
    C.1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
    Hasil tangkapan dengan bubu dasar umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, udang kualitas baik, seperti Kwe (Caranx spp), Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap ( Lutjanus spp), kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji (Diagramma spp), Lencam (Lethrinus spp), udang penaeld, udang barong, kepiting, rajungan, dll.
    C.2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
    Hasil tangkapan bubu apung adalah jenis-jenis ikan pelagik, seperti tembang, japuh, julung-julung, torani, kembung, selar, dll.
    C.3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
    Hasil tangkapan bubu hanyut adalah ikan torani, ikan terbang (flying fish).
    C.4. Bubu Ambai
    Hasil tangkapan bubu ambai bervariasi menurut besar kecilnya mata jaring yang digunakan. Namun, pada umumnya hasil tangkapannya adalah jenis-jenis udang.
    C.5. Bubu Apolo
    Hasil tangkapan bubu apolo sama dengan hasil tangkapan dengan menggunakan bubu ambai, yakni jenis-jenis udang.

    D. Daerah Penangkapan
    D.1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
    Dalam operasi penangkapan, bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan.
    D.2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
    Dalam operasi penangkapan, bubu apung dihubungkan dengan tali yang disesuaikan dengan kedalaman tali, yang biasanya dipasang pada kedalaman 1,5 kali dari kedalaman air.
    D.3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
    Dalam operasi penangkapan, bubu hanyut ini sesuai dengan namanya yaitu dengan menghanyutkan ke dalam air.
    D.4. Bubu Jermal dan Bubu Apolo
    Dalam operasi penangkapan, kedua bubu di atas diletakkan pada daerah pasang surut (tidal trap). Umumnya dioperasikan di daerah perairan Sumatera.
    D.5. Bubu Ambai
    Lokasi penangkapan bubu ambai dilakukan antara 1-2 mil dari pantai.
    E. Alat Bantu Penangkapan
    Dalam operasi penangkapan, terdapat alat bantu penangkapan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak.
    Alat bantu penangkapan tersebut antara lain :
    Umpan: Umpan diletakkan di dalam bubu yang akan dioperasikan. Umpan yang dibuat disesuaikan dengan jenis ikan ataupun udang yg menjadi tujuan penangkapan.
    Rumpon: Pemasangan rumpon berguna dalam pengumpulan ikan.
    Pelampung: Penggunaan pelampung membantu dalam pemasangan bubu, dengan tujuan agar memudahkan mengetahui tempat-tempat dimana bubu dipasang.
    Perahu: Perahu digunakan sebagai alat transportasi dari darat ke laut (daerah tempat pemasangan bubu).
    Katrol: Membantu dalam pengangkatan bubu. Biasanya penggunaan katrol pada pengoperasian bubu jermal.
    F. Teknik Operasi (Sitting dan Hunting)
    F.1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
    Dalam operasional penangkapannya bisa tunggal (umumnya bubu berukuran besar), bisa ganda (umumnya bubu berukuran kecil atau sedang) yang dalam pengoperasiannya dirangkai dengan tali panjang yang pada jarak tertentu diikatkan bubu tersebut. Bubu dipasang di daerah perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan. Bubu dilengkapi dengan pelampung yang dihubungkan dengan tali panjang. Setelah bubu diletakkan di daerah operasi, bubu ditinggalkan, untuk kemudian diambil 2-3 hari setelah dipasang, kadang hingga beberapa hari.
    F.2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
    Bubu apung dilengkapi pelampung dari bambu atau rakit bambu, dilabuh melalui tali panjang dan dihubungkan dengan jangkar. Panjang tali disesuaikan dengan kedalaman air, umumnya 1,5 kali dari kedalaman air.
    F.3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
    Pada waktu penangkapan, bubu hanyut diatur dalam kelompok-kelompok yang kemudian dirangkaikan dengan kelompok-kelompok berikutnya sehingga jumlahnya menjadi banyak, antara 20-30 buah, tergantung besar kecil perahu/kapal yang akan digunakan dalam penangkapan.
    Operasi penangkapan dilakukan sebagai berikut :
    1. Pada sekeliling bubu diikatkan rumput laut.
    2. Bubu disusun dalam 3 kelompok yang saling berhubungan melalui tali penonda (drifting line).
    3. Penyusunan kelompok (contohnya ada 20 buah bubu) : 10 buah diikatkan pada ujung tali penonda terakhir, kelompok berikutnya terdiri dari 8 buah dan selanjutnya 4 buah lalu disambung dengan tali penonda yang langsung diikat dengan perahu penangkap dan diulur sampai + antara 60-150 m.
    F.4. Bubu Jermal
    Pada bubu jermal, operasi penangkapan dilakukan dengan menekan galah yang terdapat pada kanan/kiri mulut jaring ke bawah sampai di dasar sehingga mulut kantung jaring terbuka. Bubu kemudian diangkat setelah dibiarkan 20-30 menit. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan menutup mulut jaring dengan cara mengangkat bibir bawah ke atas, kemudian diikuti mengangkat bagian-bagian tengah kantong melalui katrol-katrol. Pengambilan hasil dilakukan dengan membuka ikatan tali pada ujung belakang kantong.


    F.5. Bubu Ambai
    Penangkapan dengan bubu ambai dilakukan pada waktu air pasang maupun surut. Arah dari mulut jaring dapat dibolak-balik dihadapkan darimana datangnya arus. Setelah 15-20 dari pemasangan, dapat dilakukan pengambilan hasil, yaitu dengan mengangkat bagian bawah mulut ke permukaan air dengan mempertemukan bibir atas dan bawah. Demikian seterusnya dilakukan hingga seluruh deretan ambai selesai dikerjakan, kemudian dilakukan pembukaan tali-tali pengikat pada ujung belakang kantung. Operasi penangkapan dilakukan 2-3 orang untuk tiap kali penangkapan, tergantung banyak sedikitnya unit atau jaring yang dipakai.
    F.6. Bubu Apolo
    Pengoperasian bubu apolo dilakukan baik siang ataupun malam hari pada waktu air pasang maupun surut. Pengoperasian apolo ini memerlukan 2-3 orang. Tempat melakukan operasi penangkapan, yakni 1-2 mil dari pantai.
    G. Hal-hal Yang Mempengaruhi Penangkapan
    Dalam setiap operasi penangkapan nelayan harus memperhatikan hal-hal yang mungkin akan mempengaruhi hasil tangkapannya.Antara lain factor adanya lampu sebagai alat bantu atau mungkin rumpon.Selain hal tersebut diatas perlu diperhatikan efektifitas penangkapan,sehingga perlu adanya perkiraan hari dan hitungan bulan(apakah ini termasuk bulan terang ataukah termasuk bulan mati)
    H.Sumber Bacaan
    Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut di Indonesia.Nomor 50 Th. 1988/1989. Edisi khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta. .com
    Baca Selengkapnya ya...

    Jumat, 28 November 2008

    Rosella

    Rosella Bunga Cantik Berkhasiat Obat

    Belum lama berselang sempat mencoba membuat teh dari bunga rosella, rasanya sangat berbeda dengan teh pada umumnya. Teh rosella mempunyai warna merah menyala dan rasa yang segar.
    Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) adalah merupakan tanaman dari keluarga sejenis kembang
    sepatu. Konon tanaman ini berasal Afrika dan Timur Tengah. Tanaman perdu ini bisa mencapai 3-5 meter tingginya. Jika sudah dewasa, tanaman ini akan mengelurakan bunga berwarna merah. Bagian bunga dan biji inilah bermanfaat baik untuk kesehatan. Menurut DEP.KES.RI.No.SPP.1065/35.15/05, setiap 100 gr rosella mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2. kandungan lainya adalah kalsium 486 mg, omega 3, Magnesium, beta karotin serta asam amino esensial seperti lysine dan agrinine. Bunga rosella juga kaya akan serat yang bagus untuk kesehatan saluran pencernaan.
    Tanaman yang berkembang biak dengan biji ini bermanfaat baik untuk kesehatan. Stamina tubuh akan meningkat jika minum the rosella, masuk akal karena di rosella mengandung vitamin C dan mineral esensial yang cukup tinggi.
    Vitamin C rosella juga dipercaya mampu menangkal radikal bebas penyebab kanker. Kalsium yang tinggi dapat mencegah keropos tulang. Sedangkan zat-zat tertentu di dalam rosella mampu meremajakan sel tubuh serta melindungi tubuh dari inveksi kuman dan virus.
    Khasiat Bunga Rosella
    Kelopak bunga Rosela dapat diambil sebagai bahan minuman segar berupa irup dan teh, selai dan minuman, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal, yaitu Rosela Merah. Kelopak bunga tersebut mengandung vitamin C, vitamin A, dan asam amino. Asam amino yang diperlukan tubuh, 18 diantaranya terdapat dalam kelopak bunga Rosela, termasuk arginin dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu, Rosela juga mengandung protein dan kalsium.


    Asal Muasal Bunga Rosela
    Di Malaysia, Roselle dikenal juga dengan nama Asam paya, Asam kumbang atau Asam susur, merupakan tumbuhan yang mempunyai keluarga yang sama dengan bunga raya/sepatu (Hibiscus rosasinensis). Tumbuhan Roselle ada yang mengatakan berasal dari India tetapi ada juga pendapat yang mengatakan Roselle berasal dari Afrika Barat. Tumbuhan Roselle ini semula diperkenalkan di Malaysia sejak lebih dari tiga abat yang lampau. Di India Barat disebut dengan Jamaican Sorrel.
    Tentang Bunga Rosella
    Pohon Roselle tumbuh dari biji/benih dengan ketinggian yang bisa mencapai 3 - 5 meter serta mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Bunga Roselle berwarna cerah, Kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan dengan bunga raya/sepatu. Bagian bunga Roselle yang bisa diproses menjadi makanan ialah kelopak bunganya (kaliks) yang mempunyai rasa yang amat masam. Kelopak bunga ini bisa diproses menjadi pelbagai jenis makanan seperti minuman, jelly, saos, serbuk (teh ) atau manisan Roselle. Daun muda Roselle bisa juga dimakan sebagai ulam atau salad. Sementara itu di Afrika, biji Roselle dimakan karena dipercaya mengandung minyak tertentu. Di Sudan, Roselle diproses menjadi minuman tradisional yang dinamakan Karkadeh dan merupakan minuman kebangsaan orang Sudan. Pohon Roselle adalah sejenis perdu yang mudah ditaman. Cara penanamannya dengan menggunakan biji yang kering kemudian disemai. Nama Lain: Hibiscus Sabdariffa L., H. Sabdariffa varaltissima, Rozelle, Red Sorrel, Sour-sour, Lemon bush, Florida cranberry, Oseille rouge (Perancis), Quimbombo Chino (Sepanyol), Karkad� (Afrika Utara), Bisap (Senegal).
    Kegunaan Lain Bunga Rosela
    Tumbuhan herba ini ternyata mampu berfungsi sebagai bahan antiseptik, penambah syahwat, agen astringen. Tanaman ini juga banyak digunakan dalam pengobatan tradisional seperti batuk, ketidakhadaman, lesu, demam, tekanan perasaan, gusi berdarah (skurvi) dan mencegah penyakit hati. Bunga Roselle banyak digunakan untuk pembuatan jus, saos, sirup dan juga sebagai bahan pewarna pada makanan. Ekstrak daripada kuncup bunganya ternyata mampu berfungsi sebagai antispasmodik (penahan kekejangan), antihelmintik (anti cacing) dan antibakteria. Selain itu rosella ternyata mampu menurunkan kadar penyerapan alkohol. Daun tumbuhan herba ini juga bisa digunakan untuk merawat luka, penyakit kulit dan gigitan serangga. Di India, biji Roselle digunakan untuk mengobati penyakit kulit, kekurangan darah dan kelesuan.
    Cara menyajikan produk bunga Rosela
    Jika Anda ingin membuat the rosella, ambil sekitar 3-4 kuntum bunga rosella segar, cuci bersih dan belah dua. Seduh dengan 200 ml air panas, aduk sambil sedikit di tekan-tekan kelopak bunganya hingga air berwarna merah, saring. Tambahkan 1 sdm air jeruk nipis dan 2 sdm madu. Sajikan hangat.
    Bunga rosella juga dapat dijadikan bahan baku selai, warnanya yang merah menyala, menghasilkan selai yang menyehatkan dan berwarna cantik. Anda memerlukan 250 g kuntum bunga rosella, 1 sdm tepung maizena, air 150 ml, gula pasir 150 g, air jeruk lemon/nipis 3 sdm, 1/4 sdt vanilla pasta dan ¼ sdt garam halus. Cara membuatnya; Blender bunga rosella dengan air dan tepung maizena hingga halus. Angkat. Tuang ke dalam panci, tambahkan gula dan air. Masak hingga mendidih, masukkan jeruk nipis, pasta vanili dan garam. Masak hingga tekstur saus mengental. Angkat. Simpan di dalam stoples kedap udara.
    Baca Selengkapnya ya...

    Senin, 10 November 2008

    bahan alat tangkap

    DENSITAS BAHAN

    BERAT JENIS BAHAN
    1. BAHAN TENGGELAM
    Logam

    Serat

    Bahan lain


    Faktor perkalian dlpakal untuk berat barbagal bende dlealam air (11 hat hat sean4).
    2. BAHAN TERAPUNG
    Kayu

    Bahan bakar

    Serat

    Lain-lain

    Contoh hilangnya daya apung setelah perendaman
    Baca Selengkapnya ya...

    Jumat, 24 Oktober 2008

    Seri alat tangkap Pole & line

    POLE AND LINE
    A. PENDAHULUAN
    1 Definisi Alat Tangkap

    Pole / Rod and line atau disebut biasa juga dengan “pancing gandar” karena pancing ini menggunakan gandar, walesan, joran atau tangkal ( rod or pole ). Jadi semua pancing yang menggunakan gandar sebenarnya adalah pole and line, walaupun terakhir salah kaprah karena sebutan pole and line hanya untuk penagkapan cakalang. Pada pengoperasiannya ia dilengkapi dengan umpan, baik umpan benar ( true bait ) dalam bentuk mati atau hidup maupun umpan tipuan ( imitasi ).
    2 Sejarah alat tangkap
    Ikan tuna sudah dikenal manusia sejak zaman batu, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya alat penangkap ikan dengan menggunakan pancing dari tanduk dan perahu jukung kuno. Pada awalnya pole atau gandar terbuat dari bahan tradisional seperti bambu atau kayu namun seiring dengan kemajuan zaman, bahan pole atau gandar berkembang sehingga terbuat dari metal atau fiberglaas.
    Di Jepang, pancing pertama dikenalkan pada abad 8 yang terbuat dari metal, dan kemudian ditemukan jaring untuk skipjack atau cakalang pada abad 12. Pada awalnya penangkapan ikan menggunakan pole and line menggunakan perahu jukung kemudian berkembang menjadi perahu dayung, perahu layar dan akhirnya berkembang menjadi kapal layar besar pada abad 19. Dan sekarang kapal pole and line sudah menggunakan mesin/motor yang modern.
    3 Prospektif Alat Tangkap
    Seperti yang telah diketahui Indonesia memiliki lautan yang sangat luas, meliputi kurang lebih duapertiga dari seluruh luas wilayah negara. Disamping itu sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki 13.607 buah pulau. Dan memiliki kuranglebih 90.000 km garis pantai.
    Lautan Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa, beriklim tropis ternyata membawa konsekuensi kaya akan jenis-jenis maupun potensi sumberdaya perikanan. Untuk ikan saja diperkirakan ada 6000 jenis dimana 3000 jenis diantaranya telah diidentifikasikan
    Sehubungan dengan hal diatas, penggunaan pole and line di Indonesia masih memiliki kesempatan yng besar karena wilayah Indonesia masih menyimpan potensi yang besar untuk perikanan tangkap, yaitu sekitar 1,8 juta ton pertahun (Kompas; 3-04-04 ) terutama di wilayah timur Indonesia seperti laut Arafura, laut Seram, laut Banda, dan laut Flores serta perairan lainnya seperti Laut Cina Selatan, Samudera Pasifik dan Lautan Hindia.Namun demikian perlu adanya kewaspadaan akan terjadinya pencurian ikan oleh pihak asing. Menurut harian Kompas ( 3-04 2004 ), pada tahun 2003 sebanyak 144 kapal ikan asing tertangkap di perairan Indonesia dan 28 kapal diantaranya berada di Kalbar. Dan salah satu kelemahan utama penegakan hukum dilaut, menurut Rohmin adalah terlalu lemahnya proses hukum.
    Untuk itu diperlukan ketegasan pihak keamanan di laut, agar kekayaan alam Indonesia dapat bermanfaat untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
    Dan pencanangan program Gerakan Nasional Memasyarakatkan Makan Ikan ( GEMARIKAN ) oleh presiden Megawati dan Menteri Kelautan dan Perikanan pada 4 April 2004 silam, diharapkan dapat meningkatkan konsunsi ikan untuk masyarakat Indonesia. Dengan demikian diharapkan pula akan meningkatkan harga ikan di pasaran. Dan alat tangkap pole and line menjadi salah satu alternatif alat tangkap yang menjanjikan.
    B. KONSTRUKSI ALAT TANGKAP
    1. Konstruksi umum
    Pole and line terdiri dari gandar yang bisanya terbuat dari bambu ( bamboes pole ), tali pancing dan mata pancing. Bentuk kapal pole and line memiliki beberapa kekhususan antara lain :
    Bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran ( flat form ) yang digunakan sebagai tempat memancing.
    Dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk penyimpanan ikan umpan yang masih hidup.
    Pada kapal pole and line ini harus dilengkapi sistem semprotan air ( water splinkers system ) yang dihubungkan dengan suatu pompa.
    Sedangkan tenaga pemancing jumlahnya bervariasi misalnya saja untk kapal ukuran 20 GT dengan kekuatan 40-60 HP, tenaga pemancingnya berjumlah 22-26 orang, dengan ketentuan sebagai berikut 1 orang sebagai kapten, 1 motoris, 1-2 orang pelempar umpan, 1 orang sebagai koki dan sisanya sebagai pemancing.
    2.Detail konstruksi
    Panjang galah biasanya tergantung ukuran perahu yaitu semakin besar ukuran perahu yang digunakan, ukuran gandar / joran juga semakin panjang dan terbuat dari bambu maupun fiberglass karena ringan dan lentur Tali utama terbuat dari bahan nylon monofilament warna merah atau hijau dan panjangnya 2/3 dari panjang galah/ gandar.
    Mata pancing untuk pole and line ini ada 2 macam yaitu yang berkait balik dan tidak berkat balik, namun yang sering digunakan adalah yang tidak berkait balik. Mata pancing ini diselipkan seakan akan disembunyikan pada umpan tiruan / palsu, sehingga tidak secara langsung kelihatan menyolok. Untuk mata pancing yang berkait balik memakai umpan, yaitu umpan hidup atau masih segar. Penggunaan mata pancing ini hanya dilakukan kalau nantinya ikan yang akan ditamgkap tidak suka menyambar umpan tiruan.
    3.Karakteristik
    Pole and line atau pancing gandar ini memiliki beberapa jenis antara lain mackerel pole and line, skipjack pole and line dan squid pole and line atau pole and line untuk cumi-cumi. Dan berikut ini dalah penjelasannya:
    • Mackerel pole and line
      Untuk di Jepang metode pemancingan ikan makarel yang efisien pada malam hari. Berat kapal sekitar 1-50 ton.Lama pelayaran dari satu malam hingga dua minggu. Nelayan lebih suka menggunakan galah bambu, buatan jepang, karena ringan dan lentur. Jarak galah biasanya 1,5 sampai 2 meter panjangnya tergantung ukuran perahu. Tali utama panjangnya hampir sama dengan panjang galah. Pengait atau ikan yng dipasang pada mata pancing dihubungkan dengan tali utama oleh tali mata pancing sepanjang 10-15 cm dan warnanya sama dengan tali utama. Ada dua jenis umpan ( untuk pengait dan untuk ditabur ) umpan untuk pengait yaitu terbuat daridaging makarel bagian luar dengan lebar 10mm, panjang 50-60 mm, dan tebal 2 sampai 3 mm. Untuk pemasangannya , bagian kulit di sisi dalam sedangkan bagian daging di sisi luar.
    • Skipjack pole and line
      Pemancingan skipjack dengan pole and line di perairan jepang menggunakan tangkai bambu dengan panjang 4,5 sampai 6 meter unuk di jepang dan 3,5 sampai 4 meter untuk di kep pasifik dan Tahiti. Pada kapal skipjack ini biasanya memiliki banyak awak kapal namun dengan ditemukannya mesin untuk penangkapan cakalang maka mengurangi sejumlah awak kapal. Mesin yang digunakan untuk tiap-tiap kapal antara 4 sampai 12 unit mesin. Mesin ini dirancang untuk melakukan gerakan sebagai mana yang dilakukan nelayan, contohnya untuk menarik ikan dengan cara gerakan vertikal dari tangkai dan untuk membuka tangkapan ikan.
      Sedangkan untuk ukuran kapal bervariasi antara 20 sampai 500 GT. Kapal yang berukuran lebih dari 70 GT terbuat dari baja, sedangkan yang kurang dari 60 GT terbuat dari fiberglass. Umpan hidup dari jenis ikan sardin sangatlah diperlukan, agar sardin tersebut teap hidup untuk masa 50-60 hari sampai kapal sampai di tempat pemancingan, maka sarden disimpan di tangki air laut dn air diganti 4 sampai 6 kali tiap jamnya oleh sistem sirkulasi air mekanik dengan pompa air laut.
    • Squid pole and line
      Pemancingan ikan cumi- cumi dilakukan malam hari dengan bantuan lampu. Sepanjang operasi spanker digunakan untuk melawan angin. Ukuran kapal cumi-cumi ini bervariasi yaitu 2-3 GT untuk penagkapan di pantai dan 500 GT untuk laut bebas. Untuka kapal 100 GT biasanya memiliki awak kapal sejumlah 16-20 orang dengan waktu perjalanan 2 minggu hingga 2 bulan dan kecepatan 9-10 knots.

    Di Indonesia sendiri terdapat bermacam-macam pancing gandar dan beberapa diantaranyayang penting adalah sebagai berikut :

    • Huhate ( skipjack pole and line )
      Alat ini banyak digunakan di wilayah Indonesia bagian timuer. Penangkapan dengan menggunakan pole and line tersebut dapat menggunakan kapal motor ( kapal motor khusus cakalang, yuna clipper ), tetapi untuk nelayan-nelayan kecil biasanya menggunakan perahu dayung ( rowing boat ) yang biasa disebut Funai dan atau Rurche. Alat pemancingnya sendiri bentuknya umum sepeti pancing cakalang pada umumnya. Umpan hidup yang digunakan terdiri dari sejenis ikan teri, sardin, selar, kembung, lolosi (Caesio spp ). Ikan-ikan umpan hidup ini biasanya diperoleh dari pengusaha penagkapan ikan umpan.
    • Pole and line dengan perahu dayung
      Untuk nelayan skala kecil, penggunaan perahu motor memaang dirasa terlalu mahal biayanya, kecuali untuk perikanan industri. Bagi nelayan kecil penangkapan dengan pole and line dapat menggunakan perahu dayung ( rowing boat ). Di daerah kepulauan maluku bagian utara perahu yang digunakan disebut Bloto dengan panjang 7 m, lebar 1-1,25 m, dalam 0,5 m, menggunakan tenaga 4 orang, sedang untuk ukuran lebih besar menggunakan tenaga 6-8 orang. Sebagian nelayan daerah Ambon, Ceram, Banda juga ada yang menggunakan perrahu dayung yang disebut Arambai, yang berukuran panjang 10 m, lebar 1-1,25m, dalam 0,50 m. tenaga yang diperlukan sejumlah 14 orang yaitu 7 orang pemancing, 5 orang pendayung dan 2 orang pengumpan.

    Beberapa tipe pancing gandar :

    • Pancing kakap
      Suatu pancing yang dikhususkan memancing ikan kakap. Gandar berukuran panjang 4 m. pancing ini menggunakan umpan hidup, biasanya lundu ( Macrones gulio ) yang diperoleh dari hasil menjala. Cara menggunakan umpan ini adalah dengan memasukkan ujung mata pancing tepat dibawah kepala dibawah tulang punggung atau di atas irip dada. Lokasi penagkapan yaitu I pantai, muara sungai, dan dekat pelabuhan. Hasil tangkapan terutama ikan kakap. Daerah distribusi di Merauke, Kaimana, Agat, muara sungai Mapi dan Digul.
    • Pancing bobara
      Pancing bobara mempunyai panjang joran 3-3,5 m, berdiameter 2cm pada bagian pangkalnya dan 0,75 m pada ujungnya. Tali pancing sepanjang m dibuat dari bahan nilon atau senar (plastik ). Pada ujung tali pancing diikat dengan kawat tembaga ( panjang 25 cm )kemudian disambung lagi dengan kawat no 1 yang panjangnya 10 cm dan baru pada ujung kawat ini dikaitkan mata pncing ( no 6 ). Pada waktu penangkapan pancing ini menggunakan umpan hidupdari jenis tembang atau japuh yang diperoleh dari hasil menjala. Lokasi penagkapan dilakukan di pantai-pantai dimana banyak terdapat karang-karang. Hasil tangkapan kecuali bobara (Carank spp ), juga ikan – ikan besar lainnya seperti kerapu ( Ephinephelus, spp ), dan lain=lainnya. Penangkapan dengan menggunakan bobara banyak ditemukan di daerah perikanan sekitar Gorontalo.
    • Pancing Tandipang
      Mata pancing yang digunakan untuk mata pancing tandipang, berukuran yang paling kecil dan idak berkait balik, dan dalam pengoperasiannya menggunakan umpan yang terdiri dari udang halus atau udang rebon. Penangkapan dilakukan dengan bedramai-ramai. Biasanya terdiri dari 15-20 perahu yang berukuran panjang 5m, lebar 0,5 m, dalam 0,45 m dan dilengkapai dengan katir / sema bila telah ditemukan kawanan ikan tembang, kemudian sebelum melakukan pemancingan ditaburi dulu dengan udang halus. Sementara pancing yang telah diberi umpan dilemparkan ke dalam airdan umumnya segera disambar. Umpan yang telah disambar ini dengan cepat diangkat ke atas perahu. cara pemancingan ini sama dengan pole and line tapi khusus untuk ikan kecil. Distibusi dari pancing ini adalah di daerah perikanan sekitar Gorontalo.
      Gambar tehnis
      Pancing ini digunakan untuk menangkap blue fin tuna di Gulf of Biscay, Prancis
      Diameter pole 30 mm
      Panjang pole 1,35 m
      Yaps,d : 4 , spread : 20
      Tali mata pancing: PA MONO, d : 0,6 - 0,8
      Pancing untuk Mackerel dari Jepang
      Pole dari bambu 1,5 – 2 m
      Tali pancing : PA MONO, d: 0,52 , panjang : 1.5 – 2 m
      Umpan : sayatan daging ikan 50 – 60 mm
      Shank : 41 – 47, spread : 14 - 18
      Pancing untuk tuna digunakan di daerah kep Fiji, Samudera Pasifik
      Pancing dengan 1 pole untuk ikan <> 8 kg
      Pole dari bambu panjang 3,20 – 3,40 m, d : 45
      Tali pancing, PA MONO, d : 1,65 ,panjang 2,60 m
      A = gbr hubungan pole dg tali pancing
      B = gbr hubungan tali pancing dg tali mata pancing
      C = Tempat memegang pole
      D = Mata pancing dengan umpan palsu

    5.Bahan dan Spesifikasinya

    • Gandar
      Untuk nelayan jepang yang menggunakan pole and line sebagai alat tangkapnya merek biasanya menggunakan gandar dari bambu,karena disamping ringan juga lentur. Selain itu ada juga yang menggunakan fiberglass untuk dipakai joran/ gandar, namun harga fiberglass ini lebih mahal dari bambu.
    • Tali pancing
      Tali pancing bisanya menggunakan PA atau polyamide dan ada juga yang menggunakan benang / nylon monofilament dan senar plastik seperti nelayan di daerah Ambon dan kepulauan Maluku lainnya.
    • Tali mata pancing
      Tali mata pancing yaitu tali yang menghubungkan pancing dengan tali pancing, biasanya terbuat dari kawat ( wire ) baja.
    • Umpan
      Umpan yang digunakan untuk pole and line ini terdiri dari dua jenis yaitu umpan benar ( true bait ) dan umpan imitasi. Untuk umpan benar biasanya menggunakan ikan yang masih hidup yaitu dari jenis ikan teri, sardin, selar, kembung, dan lolosi yang biasanya didapat dari pengusaha penagkapan ikan umpan. Sedangkan umpan imitasi dapat digunakan bulu ayam atau umpan palsu yang memang sudah dibuat secara komersil dan telah tersedia di pasaran.
    • Kapal
      Para nelayan tradisionl di Indonesia dalam operasinya masih menggunakan kapal kayu, karena disamping bahan lebih mudah didapat tapi juga harganya lebih murah.
      Sedangkan untuk nelayan dari jepang dapt dibedakan menjadi dua yaitu untuk kapal dengan ukuran kurang dari 60 GT dibuat dari fiberglass, sedangkan yang lebih dari 70 GT dibuat dari baja.
      Memancing dilakukan di haluan kapal, sedangkan semprotan air terletak di luar pagar kapal. Untuk ruangan ikan dilapisi dengan kayu, namun karena terjadi kebocoran maka plat kayu diganti dengan lapisan palt baja setebal 4,5 sampai 6 milimeter.


    C. HASIL TANGKAPAN
    Pada penagkapan ikan dengan menggunakn pole and line ini, hasilnya antara lain :

    • Skipjack / cakalang ( Katsuwo pelamis )
    • Albacore ( Thunnus alalunga )
    • Mackerel ( Auxis tazard )
    • Bullet Mackerel ( Auxis rochei )
    • Bonito timur ( Sarda orientalis )
    • Kakap (Lates calcarifer )
    • Ikan-ikan pelagis kecil seperti Euthynnus spp dan Euthynnus affinis.
    • Dll

    D. DAERAH PENANGKAPAN
    Daerah penagkapan untuk tuna dipengaruhi oleh arus dan suhu perairan. Setaip jenis tuna memiliki suhu optimum, diantaranya :

    • Blue fin tuna dan Albacore suhu optimum berkisar 15- 21C
    • Skipjack tuna ( cakalang , suhu optimum 19 -24 C
    • little tuna ( tongkol ), suhu optimum 17-24 C.
    • Di perairan Indonesia, penangkapan dengan menggunakan pole and line banyak terdapat di wilayah Indonesia timur seperti Minahasa, Gorontalo, Air tembaga, Ambon, Bacan, Banda, Teratai dan Sorong.
    • Sedangkan daerah penangkapan ikan dunia dengan menggunakan pole and line sebagai berikut
    • Antara lintang 40LU dan 40 LS yaitu daerah kep Hawiai, Chilli, North Island , dan zona ekuator lainnya.
    • Daerah kepulauan Hokkaido dan Filipina.
    • Samudera Atlantic dan Laut Mediterania

    E. ALAT BANTU PENANGKAPAN
    Dalam pengoperasian pole and line, diperlukan alat bantu penengkapan yang berguna unuk membantu mengumpulkan kawanan ikan atau untukk membantu dalam kelancaran operasi penangkapan.
    Alat bantu tersebut antara lain :

    • Jaring tangguk / seser
      jaring tangguk berguna untuk memojokkan umpan ke suatu sudut agar mudah di tangguk dengan churchill. Sedangkan seser yang besar berguna untuk memindahkan umpan hidup ke ember dan seser kecil digunakan untuk menyebar umpan
    • Penyemprot air
      Penyemprot air yang erbuat dari pipa dan erletak di bagian tepi kapal yitu dibawah para-para . penyemprot air ini bergna untuik menyemprotkan air ke arah kawanan ikaan agar kawanan ikan tersebut mengira air yang jatuh adalah umpan yang disebar sehingga mudah untuk ditangkap/ dipancing.
    • Ember
      Digunakan untuk menampung umpan hidup sebelum dipindah ke seser keciluntuk disebar
      Mesin pemancing
      Mesin pemncing ini teretak pada bagian pinggir lambung kapal. Ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan mesin ini lebih efektif dari tenaga manusia.
    • Rumpon
      Rumpon ini berguna untuk mengumpulkan kawanan ikan dan harus dipasang jauh hari sebelum operasi penangkapan, jadi tidak perlu menggunakan ikan hidup sebagai umpan namun semprotan air masih harus terus digunakan.

    F. TEHNIK OPERASI
    Persiapan
    Tahap persiapan ini dilakukan sebelum kapal berangkat untuk mencari gerombolan ikan / fishing ground.
    Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain :

    • Merangkai alat pancing
    • es / freon yang digunakan untuk menyimpan ikan hasil tangkapan agar lebih awet
    • umpan hidup, biasanya menggunakan ikan teri yang diperoleh dari hasil menjla sendiri atau membeli dari pengusaha ikan umpan
    • ember, kaleng, jaring tangguk, seser yang berguna untuk membantu kelancaran operasi penagkapan yaitu untuk menyebarkan umpan
    • joran / gandar yang telah dirangkai sesuai dengan sejumlah pemancing besreta cadangannya.
    • Bahan bakar untuk berangkat dan kembali dari Fishing Ground
    • Bahan Makanan untuk anak buah kapal
    • Dan alat- alat lain yang dapat membantu kelancaran operasi penangkapan
    • Mencari Fishing Ground
    • Mencari gerombolan ikan
    • Setelah semua alat yang diperlukan dalam operasi penangkapan disiapkan, dilakukan pencarian gerombolan ikan. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mencari secara langsung gerombolan ikan dengan berlayar kesana-kemari ( manouvere ) dan dengan memperhatikan kawanan burung laut atau ke tempat rumpon yang telah disiapkan sebelumnya

    Pemancingan
    Pemancingan dilakukan dengan melemparkaan ikan umpan hidup sebagai perangsang agar cakalang lebih mendekat ke arah kapal sehingga lebih udah dijangkau oleh pancing. Setelah ikan mendekat, agar umpan hidup tidak banyak terbuang, maka kran penyemprot air laut dibuka dan setelah ikan terlihat meloncat-loncat kemudian dipancing.
    Kegiatan pemncingan ini dilakukan begitu rupa yaitu dengan menjatuhkan pancing ke atas permukaan air dan bila disambar oleh cakalang, dengan cepat diangkat melalui atas kepala dan secara otomatis terlempar ke dalam dek kapal. Hal demikian dilakukan hingga berulang-ulang. Pemancingan dengan cara seperti ini biasa disebut dengan cara banting. Disamping itu ada yang disebut dengan cara gepe yaitu cara pemancingan dengan pole and line dimana setelah ikan terkena pancing dan diangkat dari dalam air kemudian pengambilan dari mata pancing dilakukan dengan cara menjepit ikan diantara tangan dan badan si pemancing.

    G. HAL – HAL YANG MEMPENGARUHI OPERASI PENANGKAPAN

    Pada penangkapan ikan dengan menggunakan pole and line ini hasil tangkapan dipengaruhi oleh
    Kelengkapan alat bantu penangkapan :

    • Apabila alat bantu penangkapan yang diperlukan tidak lengkap dapat menghambat operasi penangkapan, sehingga mempengaruhi hasil tangkapan
    • Waktu Penangkapan
      Penangkapan dengan pole and Line ini juga tergantung dari waktu penangkapan. Waktu yang optimal yaitu pukul 09.00 dan 15.00.
    • Faktor politik
      Yaitu mengenai kebijakan pemerintah yang menyangkut perikanan dan kelautan
    • Keahlian memancing
      Keahlian memancing ini mempengaruhi hasil tangkapan yang diperoleh. Keahlian dibagi 3 yaitu :
      Kel 1 : 12-15 ekor / mnt
      Kel2 : 7-12 ekor / mnt
      Kel 3 0-7 ekor / mnt


    DAFTAR PUSTAKA
    Arthur Bowber, Nedeelec. 1976.Fisherman’s Manual.England
    Kanagawa, Nomura.. Outline of Fishing Gear and Method.International
    Fisheries Training Centre. Japan
    Kristjhonson, Hilmar.1959. Modern Fishing Of The World. Roma,Italy
    Tsudani, Toshito.1983. Illustration of Japanese Fishing Boats. Tokyo,Japan
    Harian Kompas
    Materi Kuliah

    Baca Selengkapnya ya...


    gif maker
    Ingin tukar link banner diatas silahkan copy code berikut ini :



    Jika Anda ingin berdonasi silahkan klik dibawah ini :

    100 Blog Indonesia Terbaik
    Galuh Technologies Web Hosting - Registrasi Domain - Web Desain

    Followers

    Ikutlah bergabung disini :
    Increase your PageRank

    Top 10 Award

    Program Affiliate



    Masukkan Code ini K1-BC97EB-5
    untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com


    Produk SMART Telecom

    Blog Archive

    Recent post

     

    Copyright © 2009 by Laut biruku